Ekaandrisusanto's Blog

Just another WordPress.com weblog

Posts Tagged ‘gunung argopuro

gunung argopuro – argopuro mountain, treking, hiking, routing & maps

with 19 comments

Gunung Argopuro,

Misteri Gunung Argopuro

Gunung Argopuro terkenal sangat angker, gunung ini menyimpan misteri legenda Dewi Rengganis yang hilang bersama enam dayangnya. Konon, Sang Dewi bakal marah besar kalau merasa terusik ketenangannya. Pendaki yang suka usil dan mengusik, kalau tidak kesurupan bisa jadi akan kesasar tidak karuan.Konon terdapat sebuah taman yang sangat gaib yakni Taman Rengganis, tidak semua pendaki dapat melihat taman ini. Beberapa pendaki yang pernah melihat taman ini merasa memasuki sebuah taman yang sangat inidah penuh dengan tanaman bunga dan buah. Pendaki yang mengambil atau memetik tanaman tidak akan dapat keluar taman ini, ia hanya akan berputar-putar di tempat tersebut. Untuk itu hindari merusak tanaman ataupun memindahkan sesuatu.

Gunung Argopuro memiliki banyak puncak, beberapa puncaknya mempunyai struktur geologi tua dan sebagian yang lainnya lebih muda. Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.088 m dari permukaan laut. Gunung yang terletak diantara dua pegunungan raksasa yaitu Gn. Semeru dan Gn. Raung ini dapat kita lihat dari puncak gunung raung ataupun dari puncak Gn. semeru. Gunung yang sudah tidak aktif lagi kawahnya ini terletak di Kab. Probolinggo Jawa Timur. Untuk menuju ke desa baderan dapat menggunakan angkutan lokal (dari besuki) yang menuju desa ini. Di desa baderan juga menyediakan sarana penginapan yang harganya relatif murah bila dibandingkan dengan harga di kota besar.

Pendakian menuju puncak argopuro ini tidak seramai gunung-gunung lain di jawa timur, Pendaki wajib melaporkan diri Kantor Polisi Sektor Sumber Malang yang berada sekitar 1 km dari Baderan, atau pada kantor Perhutani yang berada tepat di pertigaan jalan Desa Baderan. Pendaki yang akan mendaki ke gunung ini disarankan untuk mengerti betul teknik dan medan yang akan dilalui karena tanggung jawab keselamatan apabila terjadi musibah di gunung ini adalah menjadi milik pendaki sendiri sehingga persiapan dan kekompakkan sangat diperlukan.

Jalur yang dilalui selama perjalanan memang sudah cukup jelas tetapi harus melingkar dan naik turun beberapa bukit, waktu pendakian menuju puncak akan lebih lama. Oleh karena itu pendaki disarankan untuk memperhitungkan persediaan logistik minimal untuk keperluan 3 hari. Persediaan air bersih di gunung Argopuro ini sangat berlimpah, meskipun di musim kemarau. Mata air dapat ditemukan mulai dari kaki gunung hingga hampir puncak gunung. Pada musim hujan banyak sekali sungai-sungai kecil yang biasa kering di musim kemarau akan terisi air. Pacet atau Lintah pada musim kemarau tidak ada namun bila di musim hujan akan muncul banyak sekali. Pada waktu dan cuaca yang normal pendakian menuju puncak akan membutuhkan waktu sekitar 10 – 12 jam.

Perjalanan akan dimulai dari desa Baderan, kendaraan angkutan desa berhenti di pertigaan ini, terdapat kantor Perhutani. Dari pertigaan ini kita berjalan menuruni jalan aspal sekitar 200 meter, kemudian berbelok ke kiri menapaki jalan yang diperkeras dengan batu. Sekitar 1 km kita akan berjumpa dengan sumber air desa, kita masih terus berjalan sekitar 1,5 km lagi menapaki jalan berbatu yang menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi dengan tanaman jagung dan tembakau.

Selanjutnya perjalanan mulai memasuki kawasan hutan yang banyak dihuni babi hutan, lutung dan aneka burung. Setelah berjalan sekitar 3 jam kita sampai di Km 4,2 dimana terdapat mata air yang sangat jernih. Di tempat ini juga terdapat tempat terbuka yang dapat digunakan untuk mendirikan tenda. Tempat ini berada di punggung bukit sehingga bila ada angin kencang akan terganggu.

Masih menyusuri hutan yang semakin lebat dan gelap, jalur menyurusi punggung dan lereng jurang yang sangat dalam. Di km 7 kita akan berjumpa dengan sungai yang kadang kering, bila hujan sungai ini akan terisi oleh air, mendaki bukit yang di tumbuhi pohon cemara, selanjutnya di km 8 menapaki padang rumput. Jalur selanjutnya di dominasi oleh padang rumput yang pemandangannya sangat indah.

Setelah berjalan sekitar 5 jam kita akan sampai di km 15 di Cikasur, di sini terdapat sebuah lapangan datar yang sangat luas. Dahulunya pada jaman Belanda akan dibangun sebuah lapangan terbang. Masih terdapat sisa-sisa pondasi landasan, dan sisa-sisa bangunan yang sering dipakai untuk mendirikan tenda.

Terdapat sungai yang sangat jernih, yang airnya berlimpah meskipun di musim kemarau. Membuat ingin minum sepuas-puasnya dan ingin mandi menceburkan diri. Di Cikasur ini juga terdapat sebuah bangunan dari kayu yang dapat digunakan untuk berlindung dari angin dan hujan. Namun sayang kecerobohan pendaki dengan membuat api di dalam bangunan ini telah merusakkan lantai bangunan yang terbuat dari kayu.

Dari Cikasur kembali menapaki padang rumput gimbal, yakni rumput yang daun – daunnya keriting. Perjalanan di siang hari akan terasa sangat panas dan melelahkan, namun bila kita menikmati pemandangan padang rumput yang indah ini kita akan lupa semua penderitaan selama perjalanan. Di kawasan padang rumput ini rawan kebakaran sehingga harus hati-hati bila membuat api unggun.

Setelah berjalan sekitar 2 jam melewati beberapa padang rumput kita akan mendaki dua bukit yang banyak terdapat pohon-pohon sisa kebakaran hutan. Di tempat ini edelweis banyak tumbuh dan bunganya mulai bermekaran. Tempat ini pun rawan kebakaran, dan angin seringkali bertiup sangat kencang. Pohon-pohon sisa kebakaran sangat rawan tumbang, sehingga perlu hati-hati melewati jalur ini bila angin bertiup kencang.

Setibanya dipuncak bukit kita akan menyusuri lereng gunung yang berada di sisi jurang yang sangat dalam. Di sepanjang jalur ini hutan sangat lebat dan masih banyak terdapat binatang-binatang, seperti lutung dan aneka burung. Jalur ini sangat berbahaya karena rawan longsor dan pohon-pohon mudah tumbang, sementera di sisi kita jurang yang sangat dalam.

Selanjutnya kita akan tiba di ujung bukit, menuruni bukit yang sangat terjal dan menyeberangi sungai yang airnya berlimpah meskipun di musim kemarau. Kita telah sampai di Sicentor yakni pertigaan tempat pertemuan jalur baderan dan bremi yang bersatu menuju puncak. Di tempat ini kita dapat mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Di Sicentor terdapat sebuah bangunan dari kayu yang dapat digunakan untuk berlindung dari hujan dan angin.

Dari Sicentor perjalanan mendaki bukit melintasi padang rumput dan padang edelweiss, sekitar 1 jam perjalanan akan berjumpa dengan sungai yang kering. Setelah menyeberangi dua buah sungai kering kembali melintasi padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. 1 jam berikutnya akan tiba di Rawa Embik.

Untuk menuju puncak belok ke kiri, namun bila ingin beristirahat dapat mendirikan tenda di Rawa Embik. Di tempat ini terdapat sungai kecil yang selalu berair di musim kemarau. Rawa Embik berupa lapangan terbuka sehingga bila angin bertiup kencang tenda dapat bergoyang-goyang dengan keras.

Dari Rawa Embik kembali berbelok kearah kiri melintasi padang rumput, untuk menuju ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Dari padang rumput berbelok ke kanan mendaki lereng terjal yang berdebu dan banyak pohon tumbang sisa kebakaran. Bila angin bertiup kencang pohon-pohon sisa kebakaran ini rawan tumbang sehingga harus berhati-hati. Tanah gembur berdebu juga rawan longsor harus berhati-hati melintasinya.

Selanjutnya sedikit turun kita akan melintasi sebuah sungai yang kering dan berbatu. Kembali mendaki bukit yang terjal, kita akan berjumpa dengan padang rumput dan padang edelweis yang sangat indah. Di depan kita nampak puncak Rengganis yang berwarna keputihan, terdiri dari batu kapur dan belerang.

Puncak gunung Argopuro adalah bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih sangat terasa. Puncak ini berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola di sini banyak terdapat batu-batu berserakan. Ke atas lagi selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi. Selanjutnya kita akan melintasi bekas kawah yang banyak terdapat batu-batu kapur berwarna putih dan bau belerang. Pada puncaknya terdapat sisa-sisa bangunan kuno candi tertinggi di jawa yang diyakini sebagai petilasan Dewi Rengganis.

JALUR BADERAN

Surabaya – Besuki Bus jurusan Banyuwangi / Bondowoso 4 jam
Besuki – Baderan Mobil angkutan desa 1,5 jam
Baderan – KM 2 Jalan berbatu terdapat sumber air desa di Km 1,1 menyusuri Kebun tembakau dan jagung 1,5 jam
KM 2 – Km 4,2 Memasuki kawasan hutan yang pohonnya jarang Km 4,2 Tempat berkemah dan terdapat Mata air 1 2,5 jam
Km 4,2 – Km 8 Kawasan hutan lebat menyurusi jurang yang sangat dalam Km 7 ada sungai kering 3 jam
Km 8 – Km 16 Kawasan Padang Rumput Gimbal kadang memasuki hutan 2 jam
Cikasur Terdapat sungai jernih dan lapangan luas bekas landasan pesawat jaman Belanda Tempat berkemah
Km 16 – Km 18 Kawasan padang rumput 1,5 jam
Km 18 – Km 20 Kawasan hutan sisa kebakaran dan padang edelweis 1 jam
Km 20 – Sicentor Kawasan hutan lebat menyusuri tepian jurang dalam 30 menit
Sicentor Tempat berkemah, terdapat sungai yang airnya berlimpah, pertemuan jalur Baderan, Bremi, dan Puncak
Sicentor – Rawa Embik Melewati padang rumput, padang edelweis, sungai kering, padang rumput 2 jam
Rawa Embik tempat berkemah dan terdapat sungai kecil
Rawa Embik – puncak Rengganis Melintasi padang rumput dan lereng gunung yang rawan longsor dan pohon tumbang. 2 jam
Puncak Rengganis Bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih terasa. Puncak berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola, ke atas selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi.

JALUR BREMI

SURABAYA – PROBOLINGGO Bus jurusan Banyuwangi / Bondowoso / Jember 4 jam
PROBOLINGGO – BREMI Bus Kecil 1,5 jam
Bremi – kebun penduduk
Kebun Penduduk – Perkebunan Ayer Kawasan perkebunan yang ditanami kopi dan sengon 1 jam
Perkebunan Ayer – Batas Suaka Cagar Alam Jalur semakin menanjak dan mulai memasuki kawasan hutan damar 1 jam
Batas Suaka Cagar Alam – Danau Taman Hidup Jalur menanjak, memasuki kawasan hutan yang lebat yang banyak dihuni babi hutan dan lutung. 2 jam
Danau Taman Hidup Tempat berkemah yang sangat luas, terdapat danau yang sangat indah dan luas, banyak ikannya dan dapat dipancing.
Danau Taman Hidup – Hutan Lumut Memasuki kawasan hutan lebat menyusuri punggungan gunung, Hutan Lumut sangat gelap banyak pohon besar yang rapat, udara lembab semua pohon tertutup lumut. Hati-hati babi hutan dan macan. 2 jam
Hutan Lumut – Kali putih Meninggalkan hutan lumut pohon-pohon sudah tidak terlalu rapat, menuruni tiga buah sungai yang kering. Bukit yang agak terbuka dihuni kancil dan menjangan. Di atas pohon banyak terdapat lutung. 2 jam
Kali Putih Tempat berkemah, terdapat sungai yang airnya jernih meskipun di musim kemarau.
Kali Putih – Sicentor Kawasan Padang Rumput Gimbal 2 jam
Sicentor Tempat berkemah, terdapat sungai yang airnya berlimpah, pertemuan jalur Baderan, Bremi, dan Puncak
Sicentor – Rawa Embik Melewati padang rumput, padang edelweis, sungai kering, padang rumput 2 jam
Rawa Embik tempat berkemah dan terdapat sungai kecil
Rawa Embik – puncak Rengganis Melintasi padang rumput dan lereng gunung yang rawan longsor dan pohon tumbang. 2 jam
Puncak Rengganis Bekas Kawah yang sudah mati, bau belerang masih terasa. Puncak berbentuk punden berundak semacam tempat pemujaan, punden paling bawah selebar lapangan bola, ke atas selebar sekitar 10 x 10 meter, ke atas lebih kecil lagi.
Inilah foto-foto yang kami dapatkan dari Website lain,Rencananya kami akan mendaki gunung ini setelah Kami mengikuti Tes SMA…Bagi Bro Bro sekalian yang Ingin bercerita Tentang gunung ini Kami sangat mohon bantuannya,Banyak sekali Misteri Di G.Argopuro,
1. Terakir kali Saya mendaki Pada Tahun 2007 namun hanya sampai pada ketinggian 1752m karena cuaca pada waktu itu sangat Berkabut tebal dan Mendung,Suhunya sudah mencapai 16 Celcius,melalui jalur Gunung Koong sebelah selatan, di situ kami menemui sebuah Tower dan Villa milik Pengusaha dari kota Malang (yang memilikipabrik Rokok Gudang Garam) kata warga Sekitarnya,
2. Sebelumnya kami telah mendaki G ini pada akir tahun 2005.Tepatnya setelah kami Lulus dari SD kami dan Para pendaki dari Tamanan melakukan pendakian ini dengan Tujuan Mencari Bunga Adenium dan Bibit Gelombang Cinta Lokalan Yang waktu itu memang lagi ngetren dan mahal mahalnya. Namun ekspedisi kami berubah 360 derajat setelah mencapai ketinggian 3000 m melalui jalur Tasnan,ternyata kami menemukan Taman bunga Tulip dan Bukan adenium atau gelombang Cinta Lokal.Hal ini semakin Mengejutkan saat kami melihat sebuah gedung putih Kusam yang mungkin itu adalah Villa pada Zaman belanda,setelah kami jelajahi lebih jauh kami menemukan beberapa bangkai peswat namun hanya kerangka dan Mesin milik pesawat yang bertuliskan Japan Nakajima (kalau tidak salah) yang sedang teronggok di lapangan Hijau yang lebar di dekat Villa tersebut. pukul 14:00 kami pulang karena Sagnat dingin ,kami lihat di ternometer sekitar 10 celcius dengan menggunakan jaket tebal saja masih dingin.Dengan menggunakan sepedah ontel kami Bisa menempuh selama kurang lebih 12 jam dari tamanan…. sungguh pengalaman yang tak terduga…..meskipun pulang dengan tangan Hampa kami semua senang…selanjutnya kami pulang memlalui Tasnan dan makan (nyuri) tebu di daerah Perkebunan Tebu Penduduk sekitar…
3. Rencananya kami akan melakukan ini pada bulan bulan agustus atau Oktober untuk menguak misteri Kerajaan Hindu pada pundennya dan danau Tiga warna yang terletak di tengah lembah Barat pada ketinggian 2500-an meter,dan hanya muncul pada hari hari tertentu karena menurut mitos adalah Tempat mandi Dedemit,Tunggu saja ceritanya….apabila berminat Gabung hub aja 031-33000900 (EKA ANDRI SUSANTO) terimakasih….

Indah sekali foto-foto ini. Dari antara puncak-puncaknya kita dapat amati lukisan Ijen yang kehijauan.
Image  Hosted by ImageShack.us

Image Hosted by ImageShack.us

Setelah melewati Ijen, dibalik puncak tertingginya yang barusan kita lewati (disebelah kiri), kita bisa lihat (disebelah kanan) gugusan tiga gunung Argopuro (3.088), Jambangan (2.482) dan Cemarakandang (2.248).
Image Hosted by ImageShack.us

Sepenggal lahan (yang relatif) datar…
Image Hosted by ImageShack.us

… di tempat yang tinggi:
Image Hosted by ImageShack.us

Image Hosted by ImageShack.us

Dan dibalik gunung Lamongan? (1.600) yang berdiri terpisah itu…
Image Hosted by ImageShack.us

… ada sebuah tempat yang paling menakjubkan di pulau Jawa – dataran tinggi Tengger (dibagian belakang berdiri Gunung Semeru dengan ketinggian 3.676 meter, merupakan gunung berapi tertinggi dan paling aktif di pulau Jawa).
Image Hosted by ImageShack.us

dandelion – argopuro

dandelion - argopurodandelion – argopuro

salah satu ciptaan Tuhan YME yang sayang untuk kita lewatkan keindahannya. Keindahan dan kecantikan pegunungan ini serta keanekaragaman Flora dan Fauna membuat para pendaki menyebutnya sebagai “ Surganya Pulau Jawa “

Gunung Argopuro terletak di kabupaten Situbondo, kabupaten Probolinggo, kabupaten Jember dan kabupaten Bondowoso Jawa Timur membentuk pegunungan HYANG . Diantara ± 14 puncak di jajaran pegunungan HYANG, Puncak Gunung Argopuro adalah puncak yang tertinggi ( 3088 MDPL ). Memiliki berbagai jenis Fauna Endemik yang Kas. Contohnya : Lutung Merah ( Presbytis Rubicunda ), Lutung Jawa, Merak Hijau ( Pavo Mulicus ), Kijang ( Muntiacus Muntjah ), Babi hutan.

Untuk mendakinya ada beberapa jalur:

>> Baderan – Besuki : Naik bus Surabaya – Situbondo/Banyuwangi turun di Besuki, naek angkot jurusan Baderan.

>> Bremi, Kab. Probolinggo : Naik Bus dari Probollinggo jurusan Pajarakan, sampai pajarakan kemudian naek angkot dari pajarakan – bremi. ( Di sarankan lewat desa Bremi karena lebih cepat)

TAMAN HIDUP

TAMAN HIDUPhttp://septarius.files.wordpress.com/2008/11/04suci-di-gn-argopuro.jpg

TAMAN HIDUP

Sungai Cisentor

Sungai Cisentor

Sungai Cisentor

Pagi hari Pendakian

bisa di mulai, melewati ladang milik penduduk kemudian masuk ke perkebunan damar, disusul dengan hutan belantara dan tanjakan yang memacu menguras stamina. Setelah 4 – 5 jam perjalanan anda akan menemukan Taman Hidup, danau yang eksotis dengan pemandangan yang luar biasa. Anda bisa bermalam di sekitar danau ini, bisa juga memancing ikan kecil-kecil.

Hari berikutnya pendaki dapat melanjutkan perjalanan lagi. Para pendaki akan menghadapi perjalanan yang sangat panjang dan menguras stamina, ada baiknya istirahat sebentar untuk mengembalikan nafas yang hampir putus. Pemberhentian selanjutanya adalah Pos Aengkenik setelah berjalan 3-5 jam, melewati hamparan ilalang yang tinggi dan sangat luas. 2 jam berikutnya Anda dapat bermalam di Cisentor. Di sini terdapat shelter untuk bermalam. Di Cisentor juga terdapat sungai yang airnya sangat jernih yang ditumbuhi selada air, lumayan bisa di manfaatkan untuk sayur.

Tujuan selanjutnya adalah Puncak. Melalui bukit – bukit pendaki akan menemui bekas jejak – jejak babi hutan selama perjalanan. Di lanjutkan melewati hutan pinus pendaki akan sampai di Rawa Embik, konon di sini biasanya rusa dan binatang – binatang lain minum. Anda juga bisa mengisi air di sini dan untuk istirahat sejenak.

Lanjut bukit –bukit terjal, sesudah itu akan ada hamparan padang savana yang cukup luas disitu Anda akan menemui persimpangan, ke kiri Puncak Rengganis jika ambil kanan ke puncak Argopuro. Di Puncak Argopuro terdapat tugu triangulasi. Sementara jika anda mengekplorasi puncak Rengganis, Anda akan menapaki batuan kapur yang berundak – undak. Terpaan angin dingin menyambut bersahabat para penakluk Puncak , terdapat pelataran luas dengan puing-puing bangunan runtuh yang berserakan. Meski sudah berabad-abad tak terawat, disana sini masih tersisa bentuk-bentuk bangunan utama, pondasi terpendam yang merupakan batas-batas ruang, pintu-pintu masuk dan pintu penghubung, pura pemujaan, tempat semedi, dan gapura utama. Sayang, sampai hari ini belum diketemukan sebuah prasasti atau bukti-bukti yang menunjukan bilangan tahun, sehingga reruntuhan puing bekas “Istana Rengganis” yang merupakan singgasana megah Ratu jelita “Dewi Rengganis” tetap menjadi misteri yang belum terungkap. Setelah puas di puncak kembali ke Cisentor lagi, melanjutkan perjalanan ke Cikasur. Mengitari bukit Batu Lempeng, menuruni Pondok Celot, melewati Taman Sarang Labah-labah yang dikenal dengan nama Si Mesem yang artinya tersenyum. Dilokasi ini pengunjung hampir pasti tersenyum dan tersenyum, mengagumi keajaiban alam. Perjalanan menuju Cikasur para pendaki di harapkan berhati – hati setelah melewati Padang Edelwis, karena terdapat tumbuhan penyengat. Jika tersentuh akan terasa panas dan pedih, kalau tersengat di tubuh seperti kena sengatan lebah atau kena sundut rokok, efeknya terasa ± 12 jam. Para pendaki biasa menyebutnya rumput jancu’an, Puki Wowor, Jengkit (Girardinta Palmata ), penduduk lokal menyebutnya rengas, ketinggiannya bisa mencapai ± 2 meter,
sungai Qolbu

sungai Qolbu

sungai Qolbu

Sampailah di Cikasur (Si Kasur sebutan penduduk lokal) terdapat dua buah bungalow yang tinggal pondasi dan separuh dinding batu, namun berdiri sangat kokoh. Bekas bangunan Tuan Ladebour (jaman Belanda) ini dilengkapi dengan pondasi landasan pesawat terbang. Pada peta kawasan Dataran Tinggi HYang, lokasi ini disebut Alun-Alun Besar. Tidak jauh dari dekat bangunan tersebut yang sekarang ditandai dengan sebutan Cemara Satu, terdapat mata air yang disebut Sungai Kolbu dengan selada air terhampar disepanjang hulu sungai cagar alam itu. Sayur segar yang lezat ini agaknya memang disediakan bagi mereka yang bertenda di Si Kasur untuk melepas penat dan capek.

Cikasur

CikasurCikasur

Hari berikutnya pendaki di suguhi hamparan padang rumput yang begitu luas yang terasa tidak habis – habis luasnya. Dari Cikasur, menuruni lembah yang dikenal dengan Jurang Dalam, melewati Jambangan, mengikari bukit Cemara Dua, menelusuri Alun-Alun kecil, tiba di bukit Cemara Panjang (terdapat mata air). Jika perjalanan diteruskan, ada simpangan yang berupa rambu dan papan peringatan. Setelah melewati Pondok Lalang, Taman Sari dan Batu Lawang, route pendakian Puncak Argopuro / Rengganis berakhir di pintu keluar Badaeran.

Keindahan Puncak Argopuro
Tiga punggung gunung dan pegunungan yang membatasi selatan Probolinggo yaitu pegunungan Tengger dengan Bromo, gunung Lamongan dan dataran tinggi Yang, bukan hanya menyajikan panorama yang mempesona, namun juga menantang untuk ditaklukkan yang menarik adalah kawasan Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang.

Puncak Argopuro

Kumpulan bukit-bukit memiliki daya tarik dan keunikan yang khas sehingga mendorong bagi para peneliti dan kelompok Pecinta Alam dari berbagai Perguruan Tinggi seluruh Indonesia untuk mengadakan pendakian sampai puncak Argopuro Medan sulit dengan tebing terjal dan lembah curam, ranjau-ranjau alam yang menghadang sepanjang jalan adalah pada semak-semak menjelang tiba di Puncak Argopuro, perlu diwaspadai ranjau-ranjau alami berupa tumbuhan perdu yang dikenal sebagai pohon beracun atau daun menyengat. Batang, tangkai dan permukaan helai daunnya dipenuhi duri yang bila menggores atau menyentuh kulit, menimbulkan rasa gatal bercampur nyeri disertai panas, nyaris seperti pengaruh cairan berbisa yang ditusukkan oleh sengat lebah, lipan atau kalajengking. Tetapi anehnya, kadang-kadang sengatan tersebut secara mendadak dapat menyembuhkan beberapa penyakit diantaranya rematik.

Itulah sebabnya kawasan ini bebas dari binatang dan hewan melata yang berbahaya seperti ular, lipan, dan sebagainya. Terpaan angin dingin menyambut bersahabat para penakluk Puncak Argopuro (3.088 meter). Setiap pendaki pasti berdecak kagum. Di Argopuroyang merupakan puncak paling tinggi diantara puluhan bukit yang berhimpit di Dataran Tinggi Yang, terdapat pelataran luas dengan puing-puing bangunan runtuh yang berserakan. Meski sudah berabad-abad tak terawat, disana sini masih tersisa bentuk-bentuk bangunan utama, pondasi terpendam yang merupakan batas-batas ruang, pintu-pintu masuk dan pintu penghubung, pura pemujaan, tempat semedi, dan gapura utama. Sayang, sampai hari ini belum diketemukan sebuah prasasti atau bukti-bukti yang menunjukan bilangan tahun, sehingga reruntuhan puing bekas istana yang merupakan singgasana megah Ratu jelita “Dewi Rengganis” tetap menjadi misteri yang belum terungkap.


Rute Menuju Puncak
Enggan rasanya meninggalkan lokasi memukau ini. Namun masih ada lokasi menarik yang perlu disinggahi. Setelah dari Puncak Argopuro atau lebih dikenal “Istana Rengganis”, kita kembali menuju Cicentor untuk meneruskan perjalanan ke Si Kasur. Mengitari bukit Batu Lempeng, menuruni Pondok Celot, melewati Taman Sarang Labah-labah yang dikenal dengan nama Si Mesem yang artinya tersenyum. Dilokasi ini pengunjung hampir pasti tersenyum dan tersenyum, mengagumi keajaiban alam.

Dilokasi Si Kasur, terdapat dua buah bungalow yang tinggal pondasi dan separuh dinding batu, namun berdiri sangat kokoh. Bekas bangunan Tuan Ladebour (Belanda) ini dilengkapi dengan pondasi landasan pesawat terbang. Pada peta kawasan Dataran Tinggi Yang, lokasi ini disebut Alun-Alun Besar. Tidak jauh dari dekat bangunan tersebut yang sekarang ditandai dengan sebutan Cemara Satu, terdapat mata air yang disebut Sungai Kolbu dengan selada air terhampar disepanjang hulu sungai cagar alam itu. Sayur segar yang lezat ini agaknya memang disediakan bagi mereka yang bertenda di Si Kasur.

Dari Si Kasur, menuruni lembah yang dikenal dengan Jurang Dalam, melewati Jambangan, mengikari bukit Cemara Dua, menelusuri Alun-Alun kecil, tiba di bukit Cemara Panjang (terdapat mata air). Jika perjalanan diteruskan, ada simpangan yang berupa rambu dan papan peringatan. Setelah melewati Pondok Lalang, Taman Sari dan Batu Lawang, route pendakian Puncak Argopuro / Rengganis berakhir di pintu keluar Badaeran.

jalur pendakian ke argopuro

Gunung Argopuro atau Argopura (3.088 m.dpl), termasuk jenis gunung yang mempunyai banyak puncak, terdapat ± 14 puncak di jajaran Pegunungan Iyang. Terletak di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dan berada dalam pengawasan Sub BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) wilayah Jember. Gunung Argopuro merupakan gunung yang mempunyai jalur pendakian terpanjang diantara jalur gunung-gunung di Pulau Jawa lainnya. Memiliki peninggalan bersejarah dari Zaman Prasejarah hingga masa pendudukan Jepang.

Jalur Pendakian

Jalur pendakian menuju Gunung Argopuro terdapat 2 jalur utama yang umum dipakai oleh para pendaki, yang pertama adalah lewat Baderan, Besuki atau lewat Desa Bremi, Probolinggo. Tapi umumnya para pendaki menggunakan Jalur Bremi, Probolinggo menuju Baderan Situbondo. Beberapa alasan adalah jalur tersebut lebih dekat menuju puncak, juga jika sekalian ingin melakukan pendakian Rally di sejumlah gunung-gunung yang berdekatan, biasa disebut Gorajen (Argopuro, Raung dan Ijen).

Perjalanan ke Gunung Argopuro ini rata-rata membutuhkan waktu kurang lebih 20 jam untuk naik dan 11 jam untuk turun, dengan demikian kita harus mendirikan tenda di perjalanan. Karena itu pakaian hangat dan perlengkapan tidur (sleeping bag, matras, tenda dsb.) serta perlengkapan masak adalah keharusan.

Jalur Bremi

Untuk mencapai Desa Bremi (960 m.dpl) sangat mudah karena ada bis umum yang menuju desa ini 2 (dua) kali sehari dari terminal bis Probolinggo lama, jam 06.00 pagi dan jam 12.00 siang, yang tarifnya Rp.3.500,- atau dari Terminal Bayuangga, Probolinggo naik bis atau minibus menuju Pajarakan dengan tarifnya Rp. 1500,-, karena disini ada minibus menuju Desa Bremi yang tarifnya Rp.3.500,-. Tetapi bila pergi berombongan, dari Terminal Bayuangga ada minibus yang dapat membawa kita langsung ke Bremi.

Sampai di Bremi, kita harus melapor pada petugas KSDA dan POLSEK Krucil di Bremi untuk meminta ijin melakukan pendakian dan usahakan pendakian kita lakukan pada pagi hari.

Di Bremi sebaiknya kita menginap untuk melanjutkan perjalanan pagi harinya. Di desa ini, terdapat penginapan relatif murah.Untuk menginap kita bisa menghubungi Pak Bawon atau masyarakat setempat tentang yang mengelola penginapan. Salah satunya adalah penginapan bekas peninggalan Belanda yang memiliki ciri bangunan yang khas.

Esok harinya kita berjalan menyusuri jalan berbatu, menuju Perkebunan “Air Dingin”, mendekati gerbang Perkebunan berbelok kekanan menuju Danau Taman Hidup (1.900 m.dpl). Perjalanan melewati hutan alam produksi dan hutan pinus dan kita akan menjumpai banyak tanjakan yang mempunyai kemiringan yang tinggi. Perjalanan membutuhkan waktu 4 jam pendakian kita akan sampai di Taman Hidup. Danau Taman Hidup merupakan sebuah danau yang sangat indah, disekelilingnya terdapat lereng-lereng gunung yang mempunyai vegetasi yang rapat. Keanekaragamam hewan air bisa kita jumpai serta binatang banyak berkeliaran.

Di sepanjang jalan, terutama di awal-awal perjalanan lewat jalur Bremi akan kita temui banyak lintah dan tumbuhan api-api di kanan-kiri. Jadi sebaiknya lindungi diri dengan baju lengan panjang dan pelindung kaki (gaiter).

Setelah berjalan 7 jam melalui perkebunan damar dan hutan tropis dari Bremi, kita akan sampai di Aeng Kenek. Sesampai di Aeng Kenek, kita menempuh perjalanan 1 jam lagi, dan kita sampai di Aeng Poteh atau Cisentor, yang merupakan persimpangan jalan menuju puncak dan ke arah Baderan.

Di Aeng poteh, terdapat air sungai yang mengalir jernih,yang bewarna keputih-putihan. Karena itulah tempat ini dinamakan Aeng Poteh (aeng = air, poteh = putih).

Di Aeng Poteh/persimpangan Cisentor, pada bulan-bulan tertentu seperti bulan September akan kita jumpai tikus-tikus hutan yang amat banyak dan hiperaktif. Tikus-tikus ini berani mendekati kita dan tak segan-segan untuk menggigit carrier untuk menda\npatkan makanan di dalamnya. Jadi pastikan bahwa carrier kita terlindungi dengan baik. Begitu juga dengan kerapatan pintu tenda, karena bukan tak mungkin tikus-tikus akan menyelinap masuk dan bermain-main di kontur wajah kita.

Setelah perjalanan sekitar 1 jam 45 menit menuju puncak, kita akan melewati Rawa Embik, dimana terdapat sungai yang merupakan tempat minum kambing-kambing gunung. Disepanjang perjalanan banyak tempat untuk mendirikan tenda, dan air tersedia cukup melimpah. Perlu 1 jam perjalanan lagi untuk mencapai Puncak Rengganis (2.920 m.dpl).

Di Gunung Argopuro, puncak yang sering dikunjungi adalah Puncak Rengganis, Puncak Argopuro (3.088 m.dpl) jarang dikunjungi karena jalannya tertutup hutan lebat. Di Puncak Rengganis ini pernah ditemukan arca Dewi Rengganis, yang menurut cerita adalah putri Raja Majapahit terakhir, Raden Brawijaya, yang melarikan diri dan menyepi di Gunung Argopuro. Di puncak ini masih ditemukan petilasan Candi yang telah runtuh.

Puncak Rengganis ini, merupakan bekas kawah belerang. Menurut kepercayaan setempat di Puncak Rengganis ini terdapat pusat kerajaan para lelembut (jin). Sehingga dari waktu kewaktu ada para pengunjung yang menaruh sesajian di Puncak Rengganis ini.

Jalur Baderan

Untuk capai Desa Baderan, dari Surabaya kita menuju Probolinggo dengan bis. Kemudian diteruskan menuju Banyuwangi turun di Besuki. Dari Besuki diteruskan menuju Besa Baderan (725 m.dpl), yang jaraknya 22 km dari Besuki, dengan menggunakan angkutan umum (Rp. 1500, siang).

Sebelum mendaki kita harus melapor pada petugas KSDA dan polisi setempat untuk meminta ijin dan menyiapkan air disini, karena air hanya akan kita jumpai di Sumber Air (5 jam perjalanan dari Baderan). Dari Baderan kita menuju Cemoro Panjang (2.141 m.dpl), selama 7 jam perjalanan, melewati Sumber Air (1.710 m.dpl). Hutan yang dilalui adalah hutan pinus dan hutan alam. Dari Cemoro Panjang kita menuju Alun-alun Kecil (2.040 m.dpl), kurang lebih 1 jam 15 menit, dan dilanjutkan menuju Alun-alun Besar atau yang lebih dikenal dengan Sikasur (2.500 m.dpl), selama 2 jam 45 menit.

Perjalanan 3 jam dari Cikasur kita sampai di Aeng Poteh atau persimpangan Cisentor, pertigaan Baderan – Puncak – Bremi. Turun dari puncak Argopuro, kita dapat memilih turun lewat Bremi selama 11 jam, atau kembali lewat Baderan selama 13 jam.

Sikasur, berupa padang rumput yang luas, sangat bagus untuk dijadikan camp, karena terdapat sungai kecil yang mengalir jernih dihiasi tumbuhan Selada air (penduduk setempat menyebutnya Arnong). Di Sikasur ini juga terdapat bekas lapangan terbang yang dibuat oleh A.J.M Ledeboer pada tahun 1940-an. Lapangan terbang tersebut, konon digunakan untuk kegiatan pembudidayaan rusa yang didatangkan dari luar, sisa-sisa populasi masih ada tetapi semakin berkurang.

Jika ingin mendaki Gunung Argopuro, terlebih dahulu kita harus meminta ijin ke BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Jawa Timur di Surabaya Atau bisa juga ke Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur II dengan alamat, Jl. Jawa 36, Jember 68101, telp. (0331) 85079. Di Bremi, kita harus melaporkan diri dulu di Pos Sub KSDA Pegunungan Yang Barat di Krucil, terletak 2 km sebelum Bremi.

PETA TOPOGRAFI ARGOPURO https://i0.wp.com/cassysdream.2.ag/plasma4_1999/images/argopuromap.jpg

Written by EKA SUSANTO

Juni 30, 2010 at 5:03 am

Ditulis dalam hiking & refreshing

Tagged with