Ekaandrisusanto's Blog

Just another WordPress.com weblog

Runtuhnya Kerajaan Singhasari oleh Raden Wijaya

with 16 comments

majapahit


Mahapatih Majapahit yaitu Gajah Mada yang konon setelah bebas tugas dan dianugerahi tanah di madakaripura (daerah probolinggo Jatim), beliau memimpin Ekspedisi berlayar menuju barat dan sampai di Pulau Madagaskar. Faktanya sampai sekarang tidak ada yang tahu dimana Gajah Mada disemayamkan. Jadi kemungkinan teori ini ada benarnya, Gajah Mada memimpin ekspedisi sangat jauh sampai de Madagaskar sehingga tidak mungkin untuk kembali lagi ke Majapahit (Indonesia sekarang) dan akhirnya menetap di Madagascar sampai akhir hayatnya..

Madagaskar sebelumnya pulau tidak berpenghuni sampai kira-kira 1500-2000 tahun yang lalu Pelaut-pelaut dari Indonesia berlayar mengarungi Samudera Hindia yang luas dan sampai di Pulau Madagaskar (dekat afrika).

Dari berbagai sumber ini menyebutkan bahwa Orang Indonesia sudah berlayar jauh sebelum masa Majapahit karena berkisar antara 1500-2000 tahun yang lalu. Tapi mungkin saja berita tentang Gajah Mada ada benarnya juga meskipun bukan yang pertama sampai di Madagaskar.

Penduduk Madagascar sekarang ada berbagai kelompok etnik :
Merina (27%), Betsimisaraka (15%), Betsileo (12%), Tsimihety (7%), Sakalava (6%), Antaisaka (5%) and Antandroy (5%)
Merina dan Betsileo mirip dengan penduduk asli jawa (Indonesia).
Bahkan dulu ada kerajaan Merina yang sangat besar dan disegani di kawasan itu sampai Eropa. Kerajaan ini merupakan kerajaan melayu-Indonesia di Madagascar yang jaya sampai datangnya orang-orang perancis menyerang kerajaan ini.

Bahasa yang dipakai di Madagaskar adalah bahasa Malgasy yang mirip dengan bahasa Maanyan (kalimantan) dan bahasa Perancis (karena merupakan koloni Perancis)

– yang pertama datang di Madagaskar orang melayu-Indonesia (mungkin) orang Bugis yang terkenal pelaut ato orang Banjar.
– Gajahmada sbg generasi ke sekian yang bermigrasi ke Madagaskar, tapi ini yang mendirikan kerajaan besar di Madagaskar yaitu : kerajaan Merina yang terkenal dan disegani.
– Bahasa Malagasy perpaduan bahasa melayu (maanyan) dan bahasa jawa, contoh hitungan angka disana sama kaya bahasa jawa : sidji, loro, telu, dll.
Mungkin seperti di Indonesia menjadikan bahasa melayu sebagai bahasa nasional (bukan bahasa jawa) padahal pusat pemerintahan di jawa.
di Madagaskar karena orang jawa datang belakangan tetap menghormati bahasa yang berkembang di sana, meskipun kelompok ini lebih besar dan berkembang (merina).

mungkin yang pertama datang generasi dari kerajaan Sriwijaya, kira2 1500-2000 tahun yang lalu. Knapa bahasanya sama dengan di borneo (ma’anyan)? bisa dilihat sekarang antara palembang dan banjar banyak sekali kesamaan budaya,nama dan bahasa. ato dulu sumatra dan kalimantan satu pulau (belum pisah).
orang jawa kira2 pada jaman majapahit (menurut orang madagaskar 600 tahun yang lalu) datang dengan kapal-kapal besar dan berjumlah banyak.

Ini merupakan berita besar dan kabar besar yang harus banyak di ketahui masyarakat indonesia agar mereka tahu akan kekayaan bangsa kita,kita juga bisa menginjakkan kaki di negara lain..

nenek moyang bangsa madagaskar (Merina) itu adalah Etnis Dayak Maanyan. kedatangan mereka ke madagaskar kuranglebih 2000 tahun yang lampau. Bangsa Dayak di borneo sebelum kedatangan agama Islam ke nusantara Adalah Bangsa Maritim ( pelaut ) yang tinggal di pesisir Kalsel ( saat itu suku banjar belum terbentuk.nenek moyang suku banjar sendiri di bentuk oleh campuran antara 50 % orang Dayak Maanyan dan 50 % suku melayu, bugis dan jawa).tapi setelah Islam Datang mereka banyak yang masuk ke pedalaman( menghindari islam )hingga bermetamorfosis budaya menjadi berkebudayaan terestrial ( peladang ). karena itu jangan heran jika bahasa madagaskar mirip/ sama dengan bahasa Dayak maanyan

Penyerbuan Bangsa Mongol Ke Jawa : Runtuhnya Kerajaan Singasari dan Munnculnya Kerajaan Majapahit
——————————————————————————–
Setelah meruntuhkan kerajaan Tang, orang-orang Mongol kemudian mendirikan sebuah pemerintahan baru yang diberi nama Yuan Dinasty. Salah satu anak Jenghis Khan, sang penakluk kerajaan Cina, bernama Kublai Khan menjadi raja pertamanya. Keinginan untuk memperluas pengaruh bangsa Mongol setelah menjajah Cina adalah menundukkan kerajaan-kerajaan lain di wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur dengan menggunakan kekuatan militer dan politik.
Caranya dengan meminta para penguasa lokal untuk mengakui kaisar Mongol sebagai penguasa tunggal dan mengharuskan raja-raja lokal tersebut untuk mengirim upeti (tribute) kepada kaisar Cina. Salah satunya adalah ke Jawa yang kala itu diperintah oleh Raja Kartanagara dari kerajaan Singhasari.
Untuk maksud tersebut, Kublai Khan mengirim seorang utusan bernama Meng Chi ke Jawa meminta raja Kartanagara untuk tunduk di bawah kekuasaan Cina. Merasa tersinggung, utusan itu dicederai wajahnya oleh Kartanagara dan meingirimnya pulang ke Cina dengan pesan tegas bahwa ia tidak akan tunduk di bawah kekuasaan raja Mongol. Perlakuan Kartanegara terhadap Meng Chi dianggap sebagai penghinaan kepada Kublai Khan. Sebagai seorang kaisar yang sangat berkuasa di daratan Asia saat itu, ia merasa terhina dan berniat untuk menghancurkan Jawa yang menurutnya telah mempermalukan bangsa Mongol.
Peristiwa penyerbuan ke Jawa ini dituliskan dalam beberapa sumber di Cina dan merupakan sejarah yang sangat menarik tentang kehancuran kerajaan Singhasari dan munculnya kerajaan Majapahit, seperti yang dapat kita baca dalam buku nomor 162 dari masa pemerintahan Dinasti Yuan yang terjemahannya dapat dibaca dalam buku W.P. Groeneveldt berjudul Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources (1963: 20-31).
Disebutkan bahwa utusan yang dikirim ke Jawa terdiri dari tiga orang pejabat tinggi kerajaan, yaitu Shih Pi, Ike Mese, dan Kau Hsing. Hanya Kau Hsing yang berdarah Cina, sedangkan dua lainnya adalah orang Mongol. Mereka diberangkatkan dari Fukien membawa 20.000 pasukan dan seribu kapal. Kublai Khan membekali pasukan ini untuk pelayaran selama satu tahun serta biaya sebesar 40.000 batangan perak. Shih Pi dan Ike Mese mengumpulkan pasukan dari tiga provinsi: Fukien, Kiangsi, dan Hukuang. Sedangkan Kau Hsing bertanggung jawab untuk menyiapkan perbekalan dan kapal. Pasukan besar ini berangkat dari pelabuhan Chuan-chou dan tiba di Pulau Belitung sekitar bulan Januari tahun 1293. Di sini mereka mempersiapkan penyerangan ke Jawa selama lebih kurang satu bulan.

Perjalanan menuju Pulau Belitung yang memakan waktu beberapa minggu melemahkan bala tentara Mongol karena harus melewati laut dengan ombak yang cukup besar. Banyak prajurit yang sakit karena tidak terbiasa melakukan pelayaran. Di Belitung mereka menebang pohon dan membuat perahu (boats) berukuran lebih kecil untuk masuk ke sungai-sungai di Jawa yang sempit sambil memperbaiki kapal-kapal mereka yang telah berlayar mengarungi laut cukup jauh.
Pada bulan kedua tahun itu Ike Mese bersama pejabat yang menangani wilayah Jawa dan 500 orang menggunakan 10 kapal berangkat menuju ke Jawa untuk membuka jalan bagi bala tentara Mongol yang dipimpin oleh Shih Pi. Ketika berada di Tuban mereka mendengar bahwa raja Kartanagara telah tewas dibunuh oleh Jayakatwang yang kemudian mengangkat dirinya sebagai raja Singhasari.
Oleh karena perintah Kublai Khan adalah menundukkan Jawa dan memaksa raja Singhasari, siapa pun orangnya, untuk mengakui kekuasaan bangsa Mongol, maka rencana menjatuhkan Jawa tetap dilaksanakan. Sebelum menyusul ke Tuban orang-orang Mongol kembali berhenti di Pulau Karimunjawa untuk bersiap-siap memasuki wilayah Singhasari. Setelah berkumpul kembali di Tuban dengan bala tentara Mongol.
Diputuskan bahwa Ike Mese akan membawa setengah dari pasukan kira-kira sebanyak 10.000 orang berjalan kaki menuju Singhasari, selebihnya tetap di kapal dan melakukan perjalanan menggunakan sungai sebagai jalan masuk ke tempat yang sama. Sebagai seorang pelaut yang berpengalaman, Ike Mese, yang sebenarnya adalah suku Uigur dari pedalaman Cina bukannya bangsa Mongol, mendahului untuk membina kerja sama dengan penguasa-penguasa lokal yang tidak setia kepada Jayakatwang.
Menurut cerita Pararaton, kedatangan bala tentara Mongol (disebut Tartar) adalah merupakan upaya Bupati Madura, Aria Wiraraja, yang mengundangnya ke Jawa untuk menjatuhkan Daha. Aria Wiraraja berjanji kepada raja Mongol bahwa ia akan mempersembahkan seorang puteri cantik sebagai tanda persahabatan apabila Daha dapat ditundukkan. Surat kepada raja Mongol disampaikan melalui jasa pedagang Cina yang kapalnya tengah merapat di Jawa (Pitono, 1965: 44).
Armada kapal kerajaan Mongol selebihnya dipimpin langsung oleh Shih Pi memasuki Jawa dari arah sungai Sedayu dan Kali Mas. Setelah mendarat di Jawa, ia menugaskan Ike Mese dan Kau Hsing untuk memimpin pasukan darat. Beberapa panglima “pasukan 10.000-an” turut mendampingi mereka. Sebelumnya, tiga orang pejabat tinggi diberangkatkan menggunakan ‘kapal cepat’ menuju ke Majapahit setelah mendengar bahwa pasukan Raden Wijaya ingin bergabung tetapi tidak bisa meninggalkan pasukannya. Melihat keuntungan memperoleh bantuan dari dalam, pasukan Majapahit ini kemudian dijadikan bagian dari bala tentara kerajaan bangsa Mongol.
Untuk mempermudah gerakan bala tentara asing ini, Raden Wijaya memberi kebebasan untuk menggunakan pelabuhan-pelabuhan yang ada di bawah kekuasaannya dan bahkan memberikan panduan untuk mencapai Daha, ibukota Singhasari. Ia juga memberikan peta wilayah Singhsari kepada Shih Pi yang sangat bermanfaat dalam menyusun strategi perang menghancurkan Jayakatwang.
Selain Majapahit, beberapa kerajaan kecil (mungkin setingkat provinsi di masa sekarang) turut bergabung dengan orang-orang Mongol sehingga menambah besar kekuatan militer sudah sangat kuat ketika berangkat dari Cina. Persengkongkolan ini terwujud sebagai ungkapan rasa tidak suka mereka terhadap raja Jayakatwang yang telah membunuh Kartanegara melalui sebuah kudeta yang keji.
Pada bulan ketiga tahun 1293, setelah seluruh pasukan berkumpul di mulut sungai Kali Mas, penyerbuan ke kerajaan Singhasari mulai dilancarkan. Kekuatan kerajaan Singhasari di sungai tersebut dapat dilumpuhkan, lebih dari 100 kapal berdekorasi kepala raksasa dapat disita karena seluruh prajurit dan pejabat yang mempertahankannya melarikan diri untuk bergabung dengan pasukan induknya.
Peperangan besar baru terjadi pada hari ke-15, bila dihitung semenjak pasukan Mongol mendarat dan membangun kekuatan di muara Kali Mas, di mana bala tentara gabungan Mongol dengan Raden wijaya berhasil mengalahkan pasukan Singhasari. Kekalahan ini menyebabkan sisa pasukan kembali melarikan diri untuk berkumpul di Daha, ibukota Singhasari. Pasukan Ike Mese, Kau Hsing, dan Raden wijaya melakukan pengejaran dan berhasil memasuki Daha beberapa hari kemudian. Pada hari ke-19 terjadi peperangan yang sangat menentukan bagi kerajaan Singhasari.
Dilindungi oleh lebih dari 10.000 pasukan raja Jayakatwang berusaha memenangkan pertempuran mulai dari pagi hingga siang hari. Dalam peperangan ini dikatakan bahwa pasukan Mongol menggunakan meriam yang pada zaman itu masih tergolong langka di dunia.
Terjadi tiga kali pertempuran besar antara kedua kekuatan yang berseteru ini di keempat arah kota dan dimenangkan oleh pihak para penyerbu. Pasukan Singhasri terpecah dua, sebagian menuju sungai dan tenggelam di sana karena dihadang oleh orang-orang Mongol, sedang sebagian lagi sebanyak lebih kurang 5.000 dalam keadaan panik akhirnya terbunuh (slain = bantai) setelah bertempur dengan tentara gabungan Mongol-Majapahit. Salah seorang anak Jayakatwang yang melarikan diri ke perbukitan di sekitar ibukota dapat ditangkap dan ditawan oleh pasukan Kau Hsing berkekuatan seribu orang.
Jayakatwang menyadari kekalahannya, ia mundur dan bertahan di dalam kota yang dikelilingi benteng. Pada sore harinya ia memutuskan keluar dan menyerah karena tidak melihat kemungkinan untuk mampu bertahan.
Kemenangan pasukan gabungan ini menyenangkan bangsa Mongol. Seluruh anggota keluarga raja dan pejabat tinggi Singhasari berikut anak-anak mereka ditahan oleh bangsa Mongol. Sejarah Cina mencatat bahwa sebulan kemudian setelah penaklukan itu, Raden Wijaya memberontak dan membunuh 200 orang prajurit Mongol yang mengawalnya ke Majapahit untuk menyiapkan persembahakn kepada raja Kublai Khan. Adalah Sora dan Ranggalawe, dua panglima perang Majapahit yang sempat membantu orang-orang Mongol menjatuhkan Jayakatwang, melakukan penumpasan itu (Pitono, 1965 46).
Setelah itu, dengan membawa pasukan yang lebih besar, Raden Wijaya menyerang balik orang-orang Mongol dan memaksa mereka keluar dari Pulau Jawa. Shih Pi dan Kau Hsing yang terpisah dari pasukannya itu harus melarikan diri sampai sejauh 300 li (± 130 kilometer), sebelum akhirnya dapat bergabung kembali dengan sisa pasukan yang menunggunya di pesisir utara. Dari sini ia berlayar selama 68 hari kembali ke Cina dan mendarat di Chuan-chou.
Kekekalahan bala tentara Mongol oleh orang-orang Jawa hingga kini tetap dikenang dalam sejarah Cina. Sebelumnya mereka nyaris tidak pernah kalah di dalam peperangan melawan bangsa mana pun di dunia. Selain di Jawa, pasukan Kublai Khan juga pernah hancur saat akan menyerbu daratan Jepang. Akan tetapi kehancuran ini bukan disebabkan oleh kekuatan militer bangsa Jepang melainkan oleh terpaan badai sangat kencang yang memporakporandakan armada kapal kerajaan dan membunuh hampir seluruh prajurit di atasnya.
Menjelang akhir bulan Maret, yaitu di hari ke-24, seluruh pasukan Mongol kembali ke negara asalnya dengan membawa tawanan para bangsawan Singhasari ke Cina beserta ribuan hadiah bagi kaisar. Sebelum berangkat mereka menghukum mati Jayakatwang dan anaknya sebagai ungkapan rasa kesal atas ‘pemberontakan’ Raden Wijaya. Kitab Pararaton memberikan keterangan yang kontradiktif, disebutkan bahwa Jayakatwang bukan mati dibunuh orang-orang Mongol melainkan oleh Raden Wijaya sendiri, tidak lama setelah ibukota kerajaan Singhasari berhasil dihancurkan.
Ternyata kegagalan Shih Pi menundukkan Jawa harus dibayar mahal olehnya. Ia menerima 17 kali cambukan atas perintah Kublai Khan, seluruh harta bendanya dirampas oleh kerajaan sebagai kompensasi atas peristiwa yang meredupkan kebesaran nama bangsa Mongol tersebut. Ia dipersalahkan atas tewasnya 3.000 lebih prajurit dalam ekspedisi menghukum Jawa tersebut.
Selain itu, peristiwa ini mencoreng wajah Kublai Khan karena untuk kedua kalinya dipermalukan orang-orang Jawa setelah raja Kartanegara melukai wajah Meng Chi. Namun sebagai raja yang tahu menghargai kesatriaan, tiga tahun kemudian nama baik Shih Pi direhabilitasi dan harta bendanya dikembalikan. Ia diberi hadiah jabatan tinggi dalam hirarkhi kerajaan Dinasti Yuan yang dinikmatinya sampai meninggal dalam usia 86 tahun.
Berbeda dengan Sora dan Ranggalawe, setelah berdirinya kerajaan Majapahit mereka justru dihukum mati karena dituduh melakukan makar (memberontak) terhadap Raden Wijaya atas hasutan Mahapati. Termasuk Nambi dan tokoh-tokoh berjasa lainnya yang mempunyai andil besar mendirikan kerajaan baru menggantikan hegemoni Singhasari di Nusantara.

Written by EKA SUSANTO

April 3, 2012 pada 8:14 am

Ditulis dalam Fashion & news

16 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. selain bahasa Madagaskar yang mirip dengan bahasa dayak Maayan di Kalteng dan Kalsel, Genetika mereka juga sama berdasarkan hasil tes DNA, jadi orang Merina Madagaskar adalah percampuran Dayak dengan Afrika atau Africandayak bukan Africanjawa. Jangan mempolitisir hasil penelitian para ahli, Jelas sudah dikatakan berdasarkan Bahasa dan Genetika orang Merina Madagaskar yang menjadi orang penting di Madagaskar adalah berdarah Dayak-Afrika bukan Jawa-Afrika. Penulis blog dan website disini jangan berusaha mengubah jarum kompas dan perlahan lahan mengalihkan kepentingan. Jika sudah diteliti kebenarannya melalui bahasa dan, budaya dan genetika bahwa orang Merina Madagaskar bernenek moyangkan orang Dayak, mengapa ditulis berketurunan dari Jawa? hipotesa dan penelitian DNA tidak membuktikan orang Merina Madagaskar adalah keturunan Jawa atau Sulawesi. Tulisan diatas sepertinya mencoba untuk mengarahkan da menggiring opini pembaca akan asal usul orang Madagaskar berasal dari Jawa, padahal itu suatu penipuan hasil penelitian pada akhirnya. Jadi jangan coba coba melencengkan hasil penelitian para ahli. Bukan hanya orang Madagaskar adalah orang Dayak tetapi juga Gajah Mada itu sendiri adalah orang Dayak. Bisa jadi Madagaskar adalah sebuah nama untuk mengenang Gajah Mada. Bisa saja Mada adalah nama orangnya dan Gaskar adalah besar seperti gajah.
    Orang Jawa saja tidak tahu identitas siapa Gajah Mada sesungguhnya, kalaupun orang Jawa tahu mereka berusaha menutupi siapa Gajah Mada supaya suku asli si Gajah Mada tidak besar kepala nantinya makanya identitasnya disembunyikan para Jawa brengsek. Jawa tidak senang melihat suku lain berkembang dan terkenal. Jawa maunya dia terus yang dianggap hebat.

    estimate

    April 4, 2012 at 1:14 pm

    • sebagian ada keturunan dari jawa gan.. karena yang membawa mereka sampai kesana adalah armada laut dari kerajaan majapahit pada masa itu sebagian dari mereka terdiri dari suku banjar karena rombongan berasal dari wilayah banjar yang pada masa itu masuk dalam area kekuasaan kerajaan majapahit.

      gresik troops army

      April 15, 2012 at 3:24 am

      • Maaf, saya orang Dayak Ma’anyan dari barito, perlu saya jelaskan bahwa kami orang dayak ma’anyan bukanlah orang banjar, karena bahasa kami berbeda….banjar itu berbahasa melayu gan….sedang kami berbahasa dayak ma’anyan dengan identitas kami tersendiri, jadi tolong jangan samakan kami dengan suku banjar…

        Armen

        April 19, 2012 at 1:10 pm

      • Oke gan. . Trims buat masukan dan infonya. . Nanti akan saya edit lagy postingan saya. .

        gresik troops army

        April 24, 2012 at 3:18 pm

      • Armen ; di baca dulu yang benar baru di cerna, jangan asal nyeplos

        Andi

        Februari 19, 2014 at 11:33 am

    • Kalo gajahmada dari jawa apa untungnya bagi jawa, kalo keturunan dayak apa ruginya..saya kasihan sama kalian..perdebatan itu wajar untuk menemukan kebenaran..tp kalo sampe memaki suku lain..anda semua sgt CEMEN, terlalu CETEK..

      utara

      Juni 27, 2012 at 3:23 pm

  2. ada sedikit bisa diambil dari makna sejarah kita di masa lalu dan masih bermanfaat di masa kini yakni sesungguhnya “strategi” dalam istilah militer sesungguhnya dalam pengertian sipil adalah sebagai “kelicikan/kecurangan” tapi itu harus dilakukan untuk tujuan kemenangan. Selain itu ada pula yang harus kita sesali dimana seorang teman tega menghukum teman sendiri yang sebelumnya telah “dimanfaatkan” dalam perjuangan dan peperangan demi untuk katanya kepentingan negara yang sebetulnya bila terpleset sedikit adalah demi kepentingan pribadi dan kelompok?? Di era “Republik Majapahit” sekarang hal seperti ini kerapkali terjadi!?

    bantuz

    April 21, 2012 at 2:23 pm

    • Mari kita kutip makna tersirat nya dari sejarah bangsa ini, yakni menjadikan bangsa ini sebagai macan asia tenggara dan disegani akan sejarah dan perjuangannya. . Mari kita lanjutkan cita2 mulia gajah mada untuk menyatukan seluruh bumi nusantara dan membawa kejayaan bangsa kita seperti yg pernah dilakukan oleh nenek moyang kita di jaman majapahit.

      gresik troops army

      April 24, 2012 at 3:24 pm

  3. mau tau asal usul gajah mada…gaja madah asli Lamongan Jawa timur…kalo g percaya liat blog ngimbang lamongan…di sana diceritakan asal usul gajah mada dari kecamatan modo/mada lamongan…bahkan makam ibu gajah mada dewi andong sari di makamkan di gunung putri kecamatan modo/mada lamongan…

    darsono

    Mei 7, 2012 at 5:00 pm

  4. makasih materi sejarahnya ijin numpang belajar.

    Tika

    Juli 8, 2012 at 4:01 pm

  5. @ gresik troops army…Dayak maanyan bermigrasi ke madagaskar bukan dijaman majapahit…tapi jauh sebelum majapahit tepatnya di jaman kekaisaran sriwijaya. Dan janganpula anda menganggap bahwa yang membawa Dayak maanyan ke madagaskar adalah orang jawa…itu jelas pernyataan tolol dari seorang yang tidak tahu sejarah. SEBELUM ISLAM datang ke nusantara, sebagian bangsa Dayak bermukim dipesisir LAUT, salahsatunya adalah subetnis Dayak maanyan jadi Dayak maanyan yang berangkat ke madagaskar itu adalah para nelayan/ orang Dayak maanyan sendiri (maanyan asal kata MA’ = singkatan kata “AMA’ yang artinya BAPAK…dan kata ANYAN = ini adalah nama anak dari orang tua itu) BAPAKnya si ANYAN itulah pendiri kerajaan NANSARUNAI kerajaan Dayak maanyan kuno itu. MAKANYA SUKUNYA DISEBUT ma’anyan)…tapi ketika islam datang sebagian dari Dayak pesisir itu masuk ke pedalaman ke daerah Dayak lain yang sejak dahulu telah berada dipedalaman. Kenapa islam datang, sebagian orang Dayak pesisir malah masuk pedalaman?…jawabannya adalah UNTUK MENGHINDARI ISLAM YANG MENGHARAMKAN DAGING BABI DAN PARA BAJAK LAUT PENDAHWAHNYA (orang melayu). aNDAI SAJA ISLAM TIDAK MENGHARAMKAN BABI BARANGKALI 100 % ORANG DAYAK ADALAH ISLAM.

    angga

    November 6, 2012 at 12:38 pm

  6. bagus pelajarannya….. saya orang banjar…. yang saya pelajari untuk tanggapan paling atas dari saudara saya sesama kalimantan…..suku banjar pada dasarnya adalah berasal dari suku dayak manyaan dari sungai Barito….. kasarnya suku banjar adalah suku manyaan yang telah memeluk agama islam…. saya tidakbisa mengungkapkan lebih banyak dalam artikel ini… namun saya bisa mengungkapkan lebih rinci sesuai dengan sejarah suku banjar dalam artikel Desertasi “Lambung Mangkurat < Mythos atau pahlawan)…….. sekian…. trims buat sdr gresik Troops Army…. semoga persaudaraan kita sebangsa dan setanah air makin kuat… untuk bangsa dan tanah air tercinta ini……wassalam… Rudy…

    Rudy

    Desember 21, 2012 at 1:30 pm

  7. lebih bagus kalau memberikomentar berdasarkan data, bukan dengan emosi….saya kira ini website utuk org yang sudahdewasa….bila salah kita perbaiki, bila kurang kita tambhkan,kalau lebih kita kurangi….kalau sdh putus asa kita selesai….. salam buat gresik trops army…. teruskan karyanya……janganputus asa… orang yang berkarya adalah yangberusaha…. yang tidak bisa berkarya akan mengkritiknya….. ttd rudy banjar (kalimantan)…. wasssalam….

    Rudy

    Desember 21, 2012 at 1:37 pm

  8. ”nenek moyang suku
    banjar sendiri di bentuk oleh campuran
    antara 50 % orang Dayak Maanyan dan 50
    % suku melayu, bugis dan jawa)”

    -Maaf nenek moyang suku banjar bukan campuran bugis,dan jawa..
    Tapi melayu – Dayak…

    Atak

    Juli 20, 2013 at 10:37 am

  9. Suku Barbar kal-teng, yang haus dengan pencitraan

    Andi

    Februari 19, 2014 at 11:35 am


Tinggalkan komentar