Ekaandrisusanto's Blog

Just another WordPress.com weblog

SAD Indonesia 2010 (profile)

with 8 comments


Prestasi terakhir timnas Indonesia yang dapat dibanggakan adalah medali emas SEA Games Manila 1991. Saat itu, trio pelatih Anatoly Polosin, Vladimir Urin, dan Danurwindo menerapkan sistem pelatnas jangka panjang berupa latihan fisik yang berat bagi para anggota skuad timnas. Pelatnas yang dilakukan selama beberapa bulan itu banyak diserang kritik, namun akhirnya semua bungkam saat medali emas dikalungkan ke leher kapten Ferril Raymond Hattu.

Model pelatnas jangka panjang juga sudah dikenal pada era Tony Pogacnik. Menjelang Asian Games 1962, dibentuk dua tim, Indonesia Banteng dan Indonesia Garuda, yang bermaterikan para pemain senior dan pemain muda. Kompetisi yang terbangun di antara kedua tim dipercaya menghasilkan pemain berkualitas terbaik yang akan membawa Indonesia berjuang merebut medali emas cabang sepakbola dalam pesta olahraga terbesar Asia itu.

Bisa dibilang, pelatnas jangka panjang adalah metode utama yang digunakan untuk membentuk timnas yang tangguh. Contoh terakhir adalah pelatnas yang dijalankan Ivan Kolev menjelang Piala Asia 2007, sehingga menghentikan kompetisi Liga Indonesia selama tiga bulan penuh.

Pada awal 1980-an, muncul terobosan dari Ketua Umum PSSI Ali Sadikin dengan mengirimkan timnas berlatih ke Brasil. Pilihan ditempuh karena timnas Merah-Putih mulai kering prestasi, terakhir menjuarai Piala Anniversary di Jakarta, 1972. Tim dikenal dengan nama Indonesia Binatama. Proyek ini sempat berjalan selama enam bulan. Akibat bermasalah dengan kualitas pelatih, proyek dihentikan.

Ide pengiriman tim berlatih ke luar negeri kembali tercetus pada era kepemimpinan Azwar Anas, pertengahan 1990-an. Demi cita-cita tampil di pentas dunia pada 2002, Indonesia mengirimkan tim untuk mengikuti kompetisi di Italia. Bedanya, kali ini tim yang dikirimkan adalah tim yunior. Kelak tim tersebut dikenal dengan nama kompetisi U-19 yang mereka ikuti, Indonesia “Primavera”.

Proyek tersebut diulangi setahun kemudian dengan mengirimkan tim mengikuti kompetisi U-16, dan tentu saja dikenal masyarakat dengan nama Indonesia “Barretti”. Setali tiga uang dengan proyek Brasil, generasi Primavera dan Barretti gagal membuahkan prestasi yang gemilang.

Cita-cita menyaksikan anak negeri bermain di pentas sepakbola dunia ternyata terus hidup sepanjang masa. Pada 25 Januari 2008, dikirim 25 pemain timnas Indonesia U-16 untuk mengikuti kompetisi taruna Quinta Division di Uruguay.? Proyek tersebut direncanakan berlangsung selama empat tahun. Di Uruguay, tim muda Indonesia akan dilatih Cesar Payovich Perez dan asisten Jorge Anon. Seperti yang dikutip dari Sinar Harapan, proyek menelan dana Rp12,5 miliar per tahun dan bertujuan mencetak pemain Indonesia yang berkualitas, bukan sebuah tim seperti generasi Primavera dan Barretti terdahulu.

Soal pendidikan yang menjadi hak dari para pemain muda tersebut, Ketua BTN Rahim Soekasah berjanji akan mendaftarkan mereka ke Sekolah Ragunan dan pendidikan akademik dilakukan dengan sistem modul.

Tim juga direncanakan berujicoba keliling Asia pada Juli 2008, saat kompetisi sedang libur, dan diakhiri dengan bertanding di stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Namun, rencana tersebut tidak kesampaian. Bahkan untuk mengikuti Piala Asia U-16 di Uzbekistan, akhir tahun silam, alih-alih mengirimkan tim dari Uruguay, PSSI memutuskan mengirim tim hasil seleksi lokal.

Pada tahun pertama, “SAD” [kependekan dari Sociedad Anonima Deportiva — secara harfiah berarti “korporasi olahraga”] Indonesia mengikuti kompetisi mulai Maret hingga November 2008. Selama kompetisi tersebut, SAD Indonesia bertanding 23 kali, dengan rekor enam kemenangan dan sisanya kalah. Berkat hasil tersebut, tim masa depan Merah-Putih berada di posisi ke-19 klasemen akhir Quinta Division. Klub tangguh Uruguay, Danubio, menjuarai kompetisi.

Ketika masa kompetisi usai, tim pulang ke Indonesia beserta pelatih Cesar. Sambil beristirahat dan menjalankan program pribadi, Cesar berkeliling Indonesia untuk mencari pemain baru yang akan disertakan dalam tim tahun kedua. Seleksi dilakukan dan hasilnya tujuh pemain baru tampil menggantikan para pemain yang tercoret.

Kompetisi tahun kedua sudah berjalan dan sementara tulisan ini dibuat, SAD Indonesia sudah bertanding sebanyak lima kali dan mencatat rekor satu kemenangan, satu kali imbang, tiga kekalahan, serta selisih gol 6-5. Tim akan dipersiapkan tampil pada babak kualifikasi Grup F Piala Asia U-19 di Jakarta. Indonesia bergabung bersama Australia, Jepang, Singapura, Cina Taipei, dan Hong Kong.

Masih panjang jalan generasi Uruguay ini untuk menjadi pemain yang bisa dibanggakan Indonesia. Dan, meski harus terus menunggu, harapan tetap akan tumbuh…

Anggota Tim Tahun Pertama:
Kiper: Alwi Syahrul Karim, Tri Windu Anggono, Dimas Galih Pratama.
Bek: Taji Prashetio, Reza Inas Setiarachman, Yericho Christiantoko, Imam Agus Faisal, Reffa Arvindo Badherun Money, Sutanto, Ferdiansyah, Alfin Ismail Tuasalamony.
Gelandang: Mochammad Zainal Haq, Ridwan Awaludin, Davitra, Feri Firmansyah, Finky Pasamba, Lutfi Hidayat, Ismail Marzuki, Mochammad Chairudin.
Penyerang: Novri Setiawan, Alan Martha, Burhanudin Bayu Saputra, Yandi Sofyan Munawar, Sahlan Sodik, Syamsir Alam.

Anggota Tim Tahun Kedua:
Kiper: Tri Windu Anggono, Dimas Galih, Beny Stya Yoewanto.
Bek: Yericho Christiantoko, Reffa Arvindo Badherun Money, Mokhamad Syaifudin, Sedek Sanaky, Alfin Tuasalamony, Ferdiansyah, Taji Prashetio, Imam Agus Faisal.
Gelandang: Mochamad Zainal Haq, Feri Firmansyah, Ismail Marzuki, Rizky Ahmad Sanjaya Pellu, Abdul Rahman Lestaluhu, Rinaldi Gunapradiptha, Ridwan Awaludin.
Penyerang: Sahlan Sodik, Vava Mario Yagalo, Syaiful Bachri Ohorella, Syamsir Alam, Alan Martha, Novri Setiawan, Yandi Sofyan Munawar.
[*dicetak miring: pemain baru]

Written by EKA SUSANTO

Oktober 8, 2010 pada 3:38 am

Ditulis dalam Sports

Tagged with

8 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. kalo untuk mengahadapi Sea games 2011 gimana ? kemarin ajah fisik dan mentalnya masih kurang berani…..

    tunggudulu

    Oktober 9, 2010 at 5:32 am

    • betul bro.. sepakbola kita masi tertinggal dengan negara tetangga seperti thailand, singapura n vietnam. maka perlu dilakukannya reformasi secara menyeluruh dan perhatian khusus terhadap dasar dan elemen2 dalam sepakbola kita. saya berharap tim SAD indonesia yg saat ini berguru ke uruguay bisa menjadi tim terkuat di asia, mempunyai mental juara dan membanggakan bwt bangsa.. kita tunggu saja kiprahnya bro..

      eka andri susanto

      Oktober 10, 2010 at 7:31 pm

  2. pokoknya kalo untuk timnas Indonesia gua kn dukung sepenuhnya…

    arie cracker

    November 24, 2010 at 11:14 am

    • Tim SAD ini bakal menjadi harapan prestasi bagi indonesia di masa akan datang.. saya yakin.. tim ini bakal menjadi tim yg tangguh dan memberikan harapan baru bagi pesepakbolaan di tanah air kita..

      eka andri susanto

      November 30, 2010 at 3:33 am

  3. Selain berbakat dalam skill bola perlu diperhatikan juga sisi tinggi badan terhadap rekrutmen SAD ini, supaya bisa bersaing dengan pemain luar negeri yang tinggi-tinggi

    Yoyo Mangkusbroto

    Desember 21, 2010 at 8:26 am

    • betul bro. PSSI tidak menilik dari faktor ini. bahwa postur tubuh yg ideal sangat diperlukan guna dapat bersaing dengan tim negara lain yg sudah memakai standar tinggi badan dan postur tubuh yg ideal. ini sangat membantu meningkatkan agility dan daya saing pemain saat bermain bola di lapangan.

      garuda troops

      Desember 28, 2010 at 3:15 am

  4. skill SAD ini bagus kok, mainnya sudah seperti orang eropa. Mungkin karena berlatih di sana kali ya!

    Yoyo Mangkusbroto

    Desember 21, 2010 at 8:28 am


Tinggalkan Balasan ke garuda troops Batalkan balasan